Yang dimaksud roti paskah adalah roti yang dimakan
pada saat merayakan paskah. Alkitab menjelaskan bahwa roti yang dimakan pada
saat merayakan paskah adalah roti tidak beragi (matzah). Makan roti tidak beragi
pada saat merayakan paskah bukanlah ketentuan manusia atau musa, tetapi
perintah Tuhan. Dikatakan didalam kel 12:8, “dagingnya
harus dimakan mereka pada malam itu juga; yang dipanggang mereka harus makan
dengan roti
tidak beragi beserta sayur pahit”. Roti paskah harus dipegang
atau diperlakukan dengan rasa hormat. Untuk alasan inilah maka roti paskah
tidak dipotong dengan pisau, tetapi dipotong pakai tangan, sangat mungkin bahwa
Yesus sebagai orang yahudi juga melakukan dengan cara yang sama ketika
memegang, mengucap syukur, dan memecahkan roti pada saat perjamuan terakhir
itu.
Bahan
pembuat roti paskah adalah dua cangkir tepung dan dua per tiga cangkir air.
Cara membuatnya, tepung dan air dicampur, kemudian diremas-remas selama 10 menit
sehingga menjadi adonan kental. Adonan itu lalu dipotong menjadi 16 bagian.
Masing-masing bagian digulung menjadi bentuk seperti bola. Bola-bola adonan
tersebut kemudian digilas dan diratakan pada sebuah papan sehingga terbentuk
adonan pipih yang berbentuk lingkaran. Lalu, adonan pipih itu dipanggang selama
7 menit dan akan menjadi roti yang renyah.
Untuk
membuat roti paskah yang halal, tepung yang digunakan harus memiliki sertifikat
halal dari perkumpulan rabi-rabi yahudi. Tepung yang digunakan benar-benar
tepung yang telah dipantau secara teliti yang disimpan ditempat yg sejuk dan
gelap, sehingga terhindar dari fermentasi. Persiapan adonan harus selesai dalam
waktu 18 menit, karena diperkirakan setelah itu bisa mengalami fermentasi.
Semua peralatan harus bersih dan halal.
Ada
tiga buah roti tidak beragi yang tersedia pada saat perayaan paskah. Ketiga
roti tersebut dimasukkan kedalam sebuah kantong rangkap empat. Ada yang
menafsirkan bahwa dua roti mewakili roti yang biasa digunakan didalam perayaan sabat
dan yom tov atau hari raya. Satu roti lagi sebagai “roti penderitaan”. Ada juga yang
menafsirkan bahwa ketiga roti itu melambangkan tiga kelas masyarakat yahudi,
yaitu iman, lewi, dan orang-orang israel. Pada waktu kisah keluarnya bangsa
israel dari mesir dibacakan, roti yang ditengah dikeluarkan dari tempatnya,
diangkat dan dibelah dua. Setengah bagian dibungkus kain dan disembunyikan oleh
pemimpin perjamuan. Ini disebut “afkomen” artinya
yang datang kemudian. Para rabi menjelaskan bahwa “afkomen”
adalah roti yang akan dimakan terakhir kali sebagai makanan penutup. Tetapi,
bagi yang lain, “afkomen”
mengandung makna rohani, yaitu melambangkan kedatangan Mesias kembali. Bagi
kita orang kristen, tentu jelas menggambarkan akan kedatangan Yesus yang kedua
kali.
Sumber:
manna sorgawi april 2012 no. 169 tahun XV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar