Prinsip yang sama juga berlaku dalam dunia pelayanan. Ada banyak contoh kelompok pelayanan yang terbentuk dari persahabatan dua orang atau beberapa orang. Kesamaan visi biasanya menjadi alasan terbesar dalam memulai sebuah pelayanan. Ketika pelayanan mulai menjadi besar, tantangan pun mulai muncul satu per satu. Di sinilah ujian yang sesungguhnya dimulai: Ujian terhadap kelanggengan pelayanan serta ujian terhadap kualitas persahabatan dari para pendiri pelayanan. Sering kita temukan, ketika sebuah pelayanan atau gereja mulai bertambah besar, para pendiri mulai kesulitan untuk berjalan bersama. Saat ego mulai mendapat tempat, mudah bagi kita untuk mendepak para sahabat dan menggantikannya dengan orang-orang baru. sejenak kita lupa bahwa kekuatan persahabatanlah yang membuat kita kuat melewati badai persoalan selama ini. Dibutuhkan kerendahan hati dalam melayani Tuhan (Kis20:19). Selama kita masih di dunia, konflik akan selalu ada. Konflik bukan hanya ada di dalam dunia sekuler, juga dalam pelayanan. Bentuknya bisa perbedaan pendapat atau sudut pandang. Perbedaan pandangan seyogianya tidak membuat kita terpecah, melainkan bertambah kuat karena sudut pandang semakin banyak.
Menyingkirkan sahabat lama dan menggantikannya dengan orang baru mungkin gampang dilakukan, tetapi dampaknya akan sangat berbeda. Butuh waktu untuk menyesuaikan diri satu sama lain. Persahabatan dan nilai-nilai kemanusiaan adalah lebih bermakna dibandingkan pencapaian yang sudah kita raih. "Persahabatan adalah satu jiwa untuk dua tubuh" demikian yang usdah dikatakan Aristoteles. Ketika jiwa sudah menjadi satu, ego seharusnya bisa diturunkan. Mari memandang kepada kepentingan yang lebih besar, yakni keutuhan persahabatan dan kelangsungan pelayanan yang sudah dibina bertahun-tahun. Firman Tuhan di 1 Ptr 3:8 mengingatkan kita untuk tetap seia sekata, seperasaan, saling mengasihi, dan rendah hati.